1 Petrus 2:9 “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib …”
Mari kita definisikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan normal. Menurut versi sekuler, kehidupan normal adalah kehidupan seperti kebanyakan orang hidup. Kita memiliki cara hidup, siklus hidup, rutinitas hidup, keputusan, tindakan, dan respons yang sama dengan kebanyakan orang.
(Baca juga: TUHAN MEMBELA MEREKA YANG TERTINDAS)
Sedangkan, menurut versi Alkitab, hidup normal adalah hidup dengan identitas anak raja, merdeka dari dosa, berjalan dari satu kemuliaan kepada kemuliaan, diikuti oleh tanda-tanda ajaib, penuh kasih dan pengampunan terhadap sesama, cinta Firman Tuhan, dan memiliki hubungan pribadi dengan Sang Pencipta.
Seberapa normalkah hidup kita? Jawaban dari pertanyaan itu tergantung dari apa yang kita anggap normal bagi hidup kita.
Bagi saya pribadi, saya mengalami dua fase kehidupan normal. Sebelum saya mengenal Yesus, hal-hal yang saya anggap normal adalah hal-hal yang dilakukan oleh teman-teman saya. Selama saya melakukan yang mereka lakukan, saya anggap diri saya normal.
Sampai satu titik, ketika saya mengenal Yesus, saya tidak lagi menganggap hal-hal yang teman-teman saya lakukan adalah hal-hal yang normal, karena kebanyakan teman saya pada waktu itu bukanlah orang percaya.
Kini, apa yang Alkitab katakan adalah hal-hal yang normal bagi saya. Hidup menjaga kekudusan adalah hal yang normal bagi saya. Meluangkan waktu untuk membaca dan merenungkan Alkitab adalah hal yang normal bagi saya. Mengucap syukur, memuji dan menyembah Tuhan, memberi, dan pergi ke gereja atau persekutuan adalah hal yang normal bagi saya. Mengasihi, memberkati, dan mengampuni orang lain adalah hal yang normal bagi saya.
(Baca juga: MARI KITA BERPEGANGAN PADA YANG KEKAL)
Bagaimana dengan Anda? Seberapa normalkah hidup Anda? (penulis: @mistermuryadi)