Roma 12:12 Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!
Tentu saja setiap kita ingin hal-hal yang kita doakan terkabul. Namun, berdoa bukan hanya berbicara mengenai menyodorkan 20 daftar kebutuhan dan keinginan kita kepada Tuhan dan kemudian menantikan 20 hal itu terwujud. Berdoa tidak melulu mengenai jawaban doa.
(Baca juga: DUA SISI DALAM BERDOA YANG PERLU KITA KETAHUI)
Berdoa juga berbicara mengenai hubungan kita dengan Tuhan, Sang Pemilik segalanya. Ketika kita berdoa, apakah kita memiliki gairah yang besar untuk bersekutu dengan Tuhan, terlepas dari apa pun topik doa kita?
Mungkin pertanyaan yang paling menantang terkait hal di atas adalah apakah kita masih bergairah bersekutu dengan Tuhan sekalipun yang kita doakan tidak kunjung terwujud?
Ketika Yesus mengatakan bahwa jangan kuatir karena Bapa di Sorga tahu apa yang kita perlukan (Matius 6:32-33), saya rasa Yesus mengharapkan agar kehidupan kita, dalam konteks ini kehidupan doa kita, tidak fokus kepada apa yang kita butuhkan atau harapkan, tetapi kepada Dia dan kebenaran-Nya. Kepada persekutuan dengan diri-Nya.
Mengapa demikian?
(Baca juga: BUTUH “IMAN” YANG SANGAT BESAR UNTUK HIDUP DI LUAR TUHAN)
Jika kita melihat konteks dalam Matius 6, tujuannya agar kita tidak hidup dalam kekuatiran dan ketakutan, melainkan dalam sukacita dan damai sejahtera. Hubungan yang intim dengan Bapa Sorgawi menciptakan kekuatan dan keteguhan di dalam hati kita, sehingga apa pun situasi yang kita hadapi, kita tetap dapat tinggal tenang dalam pengharapan. (penulis:@mistermuryadi)
hagahtoday.com 