Yohanes 15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.
Saya ingat belasan tahun lalu ketika saya masih bekerja di sebuah perusahaan. Sebagai karyawan, salah satu tugas utama saya adalah melakukan tepat apa yang atasan saya perintahkan. Penilaian kinerja saya didasarkan kepada kepatuhan saya terhadap pelaksanaan tugas-tugas itu. Saya tidak memiliki hubungan lain dengan atasan saya selain masalah pekerjaan.
(Baca juga: ORANG PERCAYA TIDAK LUPUT DARI MASALAH)
Berbeda ketika saya bermitra dengan seorang teman menjalankan bisnis. Kami berdiskusi, mempertimbangkan, dan kemudian mengeksekusi hal-hal yang menurut kami baik untuk kemajuan bisnis yang kami geluti. Tidak jarang kami meluangkan waktu untuk makan atau nonton bersama, tanpa membicarakan pekerjaan.
Saya rasa hal di atas berlaku juga dalam hubungan kita dengan Tuhan. Jika kita memandang Tuhan dengan kacamata seorang pelayan, kita cenderung menjadi orang yang berfokus pada tugas. Sedangkan, jika kita memandang Tuhan dengan kacamata sahabat, kita cenderung ingin membangun hubungan dengan-Nya, selain mengerjakan tugas-tugas yang ada.
Dalam ayat di atas, Firman Tuhan mengatakan bahwa Tuhan menyebut kita sahabat-Nya. Jelas Tuhan lebih tertarik pada diri kita dibanding apa yang kita kerjakan bagi-Nya.
Kita dapat menjadi seseorang yang melayani Tuhan selama puluhan tahun tetapi tidak pernah mengenal hati-Nya. Kita dapat sibuk dalam pekerjaan-pekerjaan rohani tetapi tidak memiliki hubungan yang intim dengan-Nya.
(Baca juga: APAKAH KITA PERLU MENGINGATKAN TUHAN AKAN JANJINYA?)
Pertanyaan hari ini adalah, bagaimana kita memandang diri kita di hadapan Tuhan? Jika kita menganggap bahwa diri kita adalah sahabat-sahabat Tuhan, maka sudah sewajarnya kita memiliki hubungan yang intim dengan-Nya. (penulis: @mistermuryadi)