Kisah Para Rasul 27:23-25 Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.
Suatu hari di dalam perjalanan pelayanannya, Paulus terjebak topan badai di sebuah kapal. Berhari-hari lamanya kapal itu terombang-ambing di tengah lautan dan Paulus harus bertahan tanpa makanan.
(Baca juga: SEMUA YANG BAIK YANG KITA MILIKI BERASAL DARI TUHAN)
Mengetahui kondisi itu, malaikat Tuhan menampakan diri kepada Paulus dan menyatakan bahwa Paulus dan seisi kapal tersebut akan selamat. Tentu hal itu merupakan berita sukacita bagi Paulus.
Bukankah kita juga sering mengalami kondisi di atas? Ketika kita sedang mengalami sebuah krisis, ada seseorang yang datang membawa kabar sukacita. Mereka mendoakan dan meneguhkan kita. Atau, mungkin di waktu yang lain, ketika tidak ada seorang pun yang mengetahui pergumulan kita, Roh Kudus berbisik lembut di hati kita mengingatkan kita akan janji Tuhan.
Pertanyaannya, bagaimana respons kita ketika kita mendengar atau diingatkan akan kabar sukacita itu? Mendengar kabar baik di tengah krisis dan merespons kabar sukacita itu merupakan dua hal yang berbeda. Kita mungkin saja mendengar kabar sukacita, tetapi tetap memilih untuk takut dan kuatir.
Kembali ke cerita Paulus. Paulus memutuskan untuk percaya kepada apa yang diucapkan oleh malaikat Tuhan itu. Salah satu bukti Paulus percaya, keesokan harinya dia berani berdiri dan mendeklarasikan apa yang dikatakan oleh malaikat itu di hadapan semua orang. Paulus berani memproklamirkan imannya tanpa keraguan.
Nah, bagaimana dengan kita? Apa respons kita setelah mendengar kabar sukacita di tengah kita mengalami krisis? Apakah kita mau memilih untuk berdiri teguh di dalam iman atau memilih untuk dibuai oleh ketakutan dan keraguan yang iblis tawarkan?
Mari kita belajar dari Rasul Paulus hari ini. Di tengah situasi hidup dan mati, Paulus tetap menaruh imannya kepada Tuhan. Paulus tahu sekali bahwa Tuhan ada bersama-sama dengannya di dalam kapal itu.
(Baca juga: INI CARA UNTUK MENGHINDARI HIDUP DALAM PENYESALAN)
Luar biasanya, karena keteguhan iman Paulus, orang-orang di dalam kapal itu pun turut diselamatkan. Ya, saya percaya, ketika kita menaruh pengharapan kita kepada Tuhan, bukan hanya kita yang diberkati, tapi orang-orang di sekitar kita pun turut diberkati. Haleluya! (penulis: @mistermuryadi)