Roma 3:3-4a Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? Sekali-kali tidak!
Sekalipun kita meninggalkan Tuhan, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Itu sebabnya Tuhan yang kita sembah dikenal sebagai Tuhan yang setia. Untuk urusan kesetiaan, kita tidak perlu meragukan-Nya. Saya tidak pernah melihat ada pribadi yang setia mengasihi manusia selama lebih dari 7000 tahun, selain Tuhan.
(Baca juga: MENJADI PEMENANG DAN PENERIMA JANJI TUHAN)
Suatu hari seorang bertanya, “Jika saya tidak setia, apakah janji Tuhan dibatalkan di dalam hidup saya?” Teman, Tuhan tidak pernah membatalkan janji-Nya. Firman Tuhan telah menegaskan, “Sekali-kali tidak!”
“Lalu, mengapa ketika saya meninggalkan Dia, saya tidak menerima janji tersebut?”
“Oh, kalau seperti itu ceritanya, bukan Tuhan yang membatalkan janji-Nya, melainkan kita yang menolak janji-Nya. Ketika kita menjauh dari-Nya, itu berarti kita tidak menginginkan janji-Nya.
Saya mengerti bahwa kebanyakan orang ingin untuk tetap menikmati janji Tuhan sekalipun mereka pergi meninggalkan Tuhan dan bebas melakukan apa pun semau mereka.
Mari kita lihat perumpamaan anak yang hilang (Lukas 15:11-32). Ketika si bungsu berada di rumah bapanya, dia tidak kekurangan apa pun, bahkan kita tahu dia pergi meninggalkan rumah bapanya dengan harta yang melimpah ruah. Namun, di negeri yang jauh itu, dia semakin hari semakin melarat, sampai akhirnya harus makan ampas babi.
Menurut Anda, apakah itu artinya Tuhan yang membatalkan janji-Nya? Tentu saja tidak. Si bungsu yang memutuskan pergi meninggalkan rumah bapanya.
(Baca juga: UCAPAN SYUKUR MEMBUKA PINTU BERKAT)
Di akhir cerita, sang anak kembali, dan hasilnya, dia kembali menikmati semua milik bapanya. Di rumah Bapa kita, kita dapat menikmati semua yang baik yang telah Dia sediakan. Di luar Dia, Yesus mengatakan hanya akan ada air mata dan kertak gigi. (penulis: @mistermuryadi)
hagahtoday.com 