Ulangan 6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Seorang ibu pernah bertanya, “Mengapa anak saya sulit diajar? Padahal dia sudah memiliki kakak rohani di gereja.” Saya bertanya kembali, “Seberapa sering ibu mengajarkan kepada hal-hal yang baik terhadpa dia dan seberapa sering ibu mencontohkannya lewat kehidupan ibu?” Sang ibu terdiam dan tidak menjawab lagi.
(Baca juga: TUHAN TIDAK PERNAH MENUNDA KEBAIKAN-NYA)
Perhatikan kata-kata di atas, “Haruslah engkau mengajarkannya …” Lihat, bukan orang lain, tapi kita sebagai orangtua. Seringkali kita pikir, “Yang penting anak saya sudah saya taruh di sekolah yang mahal, yang penting saya sudah titip ke neneknya,” dan lain sebagainya. Banyak orang lupa bahwa pahlawan atau panutan seorang anak adalah orangtuanya, bukan orang lain.
Ya, suka atau tidak suka, anak-anak meniru kehidupan orangtuanya. Sekalipun dia dikelilingi oleh puluhan orang yang paling baik di muka Bumi ini, anak-anak kita tetap akan meniru kita. Jadi, sumber ilmu terbaik untuk mengajarkan anak-anak kita adalah teladan kehidupan kita sendiri.
Kemudian ayat di atas dilanjutkan, ” … berulang-ulang.” Itu adalah kata kunci untuk mengajar anak kita, yaitu harus berulang-ulang.
Itu sebabnya di sebagian gereja ada ibadah penyerahan anak sebagai bentuk komitmen dari kedua orangtua untuk membesarkan anak mereka seturut dengan Firman Tuhan.
(Baca juga: TARUH KASIH DI ATAS PERBEDAAN)
Cara terbaik mengajar anak kita bukan dengan nada suara yang keras, melainkan melalui teladan yang sesuai Firman Tuhan yang kita lakukan berulang-ulang. Intinya, kunci keberhasilan mengajar anak kita tidak tergantung dari apa yang kita lakukan untuk anak kita saja, tetapi juga dari apa yang kita terhadap kehidupan kita. (penulis: @mistermuryadi)
hagahtoday.com 