1 Samuel 17:32-33 Berkatalah Daud kepada Saul: “Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.” Tetapi Saul berkata kepada Daud: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit.”
Saya percaya bukan sebuah kebetulan Tuhan mempertemukan ketiga orang ini di dalam sebuah zaman dan peristiwa yang sama.
(Baca juga: MUNGKIN “TANAH KANAAN” BUKANLAH YANG TERPENTING)
Nama Goliat, dituliskan “Golyath” dalam bahasa Ibrani, yang berarti keindahan dan kemegahan. Goliat melambangkan sesuatu yang membuat mata orang-orang yang melihatnya terpesona. Goliat bertubuh sangat besar, tinggi, dan gagah. Raja Saul dan seluruh tentara Israel begitu “terkagum” kepadanya, sampai-sampai kemegahan Tuhan pupus dari hadapan mereka digantikan dengan kemegahan sang raksasa itu.
Bukankah seringkali kita “terpesona” dengan masalah dan pergumulan kita, sehingga kadang kita menganggap hal itu lebih besar dari Tuhan kita?
Nama Saul, dituliskan “Sha’uwl” dalam bahasa Ibrani, yang artinya diinginkan, diidolakan, dan diharapkan. Bagaimana tidak, Saul menjadi raja atas Israel karena permintaan dari seluruh rakyat Israel. Saul merupakan raja pertama dan dia dipandang melebihi orang-orang Israel pada umumnya. Saul melambangkan orang yang sumber percaya dirinya berasal dari pujian, pengakuan, atau pengidolaan orang lain, mungkin karena ketampanan, kecantikan, kemampuan, atau kekayaannya.
Nama Daud, dituliskan “Daviyd” dalam bahasa Ibrani, yang berarti dicintai dan dikasihi. Daud adalah orang yang dilupakan oleh ayah dan kakak-kakaknya, tetapi Daud sangat menyadari bahwa dirinya dicintai dan dikasihi Tuhan semesta alam. Daud melambangkan orang-orang yang sangat percaya diri karena menyadari bahwa dirinya berharga dan merupakan anak kesayangan Tuhan.
Apakah Anda dapat melihat benang merah dari ketiga nama di atas?
Perhatikan. Percaya diri akibat merasa diinginkan, diidolakan, atau sering dipuji oleh orang lain tidak cukup untuk mengalahkan “raksasa-raksasa” di dalam kehidupan kita. Sumber percaya diri kita perlu berasal dari kesadaran bahwa kita dikasihi dan dicintai oleh Tuhan, kita berharga di mata Tuhan, dan Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.
(Baca juga: PESAN YESUS DALAM PERCAKAPAN BERSAMA MARIA DAN MARTA)
Saul tidak sanggup menaklukkan Goliat, kita perlu menjadi Daud untuk mengalahkan Goliat. (penulis: @mistermuryadi)
Memang Daud sangat dikasihi oleh Bapa sehingga Yesus ditetapkan harus lahir dari keturunan Daud, bahkan Dia disebut Anak Daud, seolah-olah Dia juga keturunan pertama dari Daud. Yang saya perhatikan juga 3 nama, yang sama diurapi, yaitu: Saul, Daud dan Yesus. Saul pada awalnya belajar pada pengurapan yang padanya (I Yohanes 2:27), tetapi setelah prestasinya semakin banyak dalam pemerintahan dan peperangan, ia mulai bersandar pada pengertian sendiri sehingga ia tidak merasa perlu untuk belajar dari pengurapan lagi. Sedangkan Daud dan Yesus terus menerus belajar dari pegurapan, sehingga Bapa membuat semua musuh mereka menjadi tumpuan kaki mereka, termasuk: Goliat dan Iblis.
Yang saya pelajari dari pengurapan yang ada Raja Daud, Raja Saul dan Raja Yesus (Yesaya 61:1; I Yohanes 2:27), adalah Raja Saul pada awalnya belajar dari pengurapan, tetapi setelah makin banyak prestasinya dalam peperangan dan pemerintahannya, ia bersandar pada pengertian sendiri, sehingga ia tidak merasa perlu belajar pada pengurapan lagi. Sedangkan Raja Daud dan Raja Yesus terus menerus belajar dari pegurapan yang ada pada mereka, sehingga Bapa membuat semua musuh mereka menjadi tumpuan kaki mereka, termasuk: Goliat dan Iblis.
Sumber dari kekuatan kita ada di dalam Tuhan. Yang memenangkan kita dari musuh-musuh kita adalah Tuhan. Terima kasih Koh Zal.