2 Korintus 9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Setidaknya ada dua hal yang dapat kita garis bawahi dari ayat di atas, yaitu memberi menurut kerelaan hati dan memberi dengan sukacita.
(Baca juga: KASIH TUHAN KEPADA KITA 24 JAM SEHARI)
Saya ingin menghubungkan kedua hal di atas dengan hubungan pernikahan. Kebetulan saya dan istri saya baru saja merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-11. Selama 11 tahun itu, kami saling memberi dan menerima satu sama lain. Sama seperti semua pasangan suami istri pada umumnya. Saya pribadi tidak tahu seberapa banyak yang sudah saya berikan, begitu juga dengan yang saya sudah terima dari istri saya.
Saya tidak dapat membayangkan jika dalam pernikahan terjadi saling menuntut atau memaksa dalam memberi. Misalnya saya memberi hadiah kepada istri saya senilai dua juta rupiah, kemudian saya menuntut dia untuk memberikan hadiah yang sama nilainya atau bahkan lebih mahal kepada saya.
Memberi dan menerima terjadi secara alamiah dalam hubungan kami. Kami tidak pernah saling menuntut atau memaksa.
(Baca juga: SUDAHKAH KITA BERBUAT BAIK HARI INI?)
Saya percaya prinsip yang sama ketika kita, sebagai gereja Tuhan, memberi kepada Tuhan. Firman Tuhan mengibaratkan hubungan gereja Tuhan dengan Tuhan seperti mempelai pria dan mempelai wanita. Karena ada kasih di antara kedua mempelai, memberi dan menerima merupakan sesuatu yang dilakukan secara sukarela dan sukacita, bukan terpaksa atau karena menghitung untung dan rugi. (penulis: @mistermuryadi)