Lukas 5:12 Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”
Saya tidak tahu bagaimana dengan Anda, tetapi saya pernah beberapa kali mengalami sesuatu yang saya pikir mustahil untuk saya lalui. Mungkin Anda pernah mengalaminya. Hal yang sama dialami oleh si penderita kusta dalam cerita di atas. Di zaman itu, orang yang menderita kusta dianggap telah melakukan dosa yang besar sehingga dikutuk Tuhan dan tidak dapat diselamatkan. Orang-orang berpenyakit kusta itu hidup di dalam ketakutan, putus asa, depresi, malu, dan rasa minder yang luar biasa.
(Baca juga: KITA PERLU LEBIH BANYAK MENDENGARKAN FIRMAN TUHAN)
Saya membayangkan, dalam ketakutannya, mereka berkata berulang kali dalam hatinya, “Saya tidak layak, saya seorang pendosa, Tuhan pantas menghukum saya,” dan lain sebagainya. Namun, di antara para penderita kusta di kota itu, ada satu orang yang datang menghampiri Yesus. Di tengah masalahnya, dia mencari Yesus. Sungguh keputusan yang tepat.
“Ketika ia MELIHAT Yesus …” Sangat indah bagaimana Firman Tuhan menjelaskan respons si penderita kusta di atas. Dia bisa saja mengacuhkan Yesus, patah harapan, atau larut dalam pengasihanan diri, tapi dia membuat keputusan yang berbeda. Dia memilih untuk melihat Yesus. Dan seperti kita ketahui, penyakitnya disembuhkan untuk selamanya.
(Baca juga: SATU MASALAH, BANYAK JALAN KELUAR)
Di tengah pergumulan dan masalah yang hebat, tidak sedikit orang yang kemudian mulai merasa kehilangan iman atau merasa Tuhan pergi menjauh darinya. Jangan termakan tipu muslihat iblis. Mulailah melihat kepada Yesus, seperti di penderita kusta di atas. Ketika Anda melihat kepada Yesus, pengharapan Anda akan bangkit, karena hanya di dalam Yesuslah Anda dapat menemukan kekuatan dan pengharapan. Haleluya! (penulis: @mistermuryadi)
Ketika kita jatuh dan berduka, Yesus adalah satu-satunya harapan kita. Kedatangan dia menguatkan dan memberikan harapan yang baru. Terima kasih Koh Zal