Ayub 15:12 Mengapa engkau dihanyutkan oleh perasaan hatimu dan mengapa matamu menyala-nyala ...
Dalam satu waktu, kita mungkin saja dapat merasakan senang atau sedih, bergairah atau patah semangat. Meskipun perasaan terkadang menuntut untuk dituruti, kita tidak harus membiarkan perasaan-perasaan itu menguasai hidup kita.
(Baca juga: BELAJAR DARI MENTAL BAJA STEPHEN AKHWARIRMANIS DI ALKITAB)
Kita dapat belajar mengatur emosi kita, sebelum emosi kita mengatur hidup kita. Hal itu merupakan salah satu kebenaran penting yang saya pelajari sejak saya menjadi orang percaya. Pada saat kita dapat menguasai emosi kita, terutama emosi negatif, kita dapat menikmati kehidupan yang Tuhan anugerahkan kepada kita secara konsisten.
Kalau kita membangun sebuah kebiasaan untuk bertindak berdasarkan perasaan, jangan heran jika hidup kita terlihat naik turun, dan maju mundur. Perasaan kita tidak menentu, itu sebabnya hidup kita juga jadi tidak menentu, jika kita mengikutinya.
Suatu hari ada seorang pria ditinggal oleh kekasihnya. Pria ini membiarkan dirinya berlarut-larut dalam kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan. Akibatnya, pria ini depresi, hatinya penuh kepahitan, dan mengalami kesulitan untuk melihat bahwa Tuhan menyediakan pemulihan dan teman hidup yang lain bagi dirinya. Di tengah perasaannya yang tidak menentu, pria ini memilih bunuh diri.
Kejadian di atas ada di sekitar kita. Ketika seseorang membiarkan dirinya dituntun oleh perasaan, dampaknya, perlahan tetapi pasti, dapat menjadi sangat mengerikan.
(Baca juga: MENGHADAPI MASALAH DAN TANTANGAN YANG TIDAK TERDUGA)
Namun, bersyukurlah kita memiliki kebenaran Firman Tuhan, sehingga kita dapat membuat keputusan dan bertindak tidak hanya berdasarkan perasaan, melainkan berdasarkan kebenaran yang kita percayai. Tuhan senantiasa memberikan kita kekuatan ketika kita bergerak berdasarkan kebenaran-Nya. (penulis: @mistermuryadi)
Bersyukurlah akan hari ini. Jangan hidupi kesedihan dan kepahitan kita karena selalu ada saja hal yang bisa kita syukuri. Terima kasih Koh Zal.