Kejadian 11:1 dan 4 Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.
Jika hati kita mempercayai sesuatu, tubuh kita pasti akan bertindak atau melakukan sesuatu seturut dengan yang kita percayai. Ketika Abram mendengar suara Tuhan, Abram memutuskan untuk percaya, dan lalu dia pergi seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya.
(Baca juga: MUNGKIN INI SAATNYA KITA PERCAYA SAJA KEPADA FIRMAN TUHAN)
Banyak orang yang ingin menjadi seorang manager di kantornya atau menjadi pebisnis berpenghasilan besar, tetapi tidak mempercayainya. Hal itu dapat dengan mudah terlihat dari cara hidupnya, responsnya, dan apa yang dia pelajari. Kalau dia percaya akan menjadi seorang manajer, dia akan bergaya seperti seorang manajer, memiliki disiplin seorang manager, dan memiliki pengetahuan layaknya seorang manajer.
Atau dengan kata lain, jika kita ingin menjadi orang yang sukses, tetapi tidak memiliki gaya hidup yang tidak disiplin, artinya kita memang tidak mempercayai bahwa kita akan menjadi pebisnis yang sukses. Kita sedang berfantasi!
Suatu hari saya bertanya kepada seorang anak muda, “Kira-kira lima tahun lagi kamu ingin menjadi apa?” Dia menjawab, “Saya ingin pintar bermain gitar, memiliki sebuah band rohani, dan meluncurkan album. Saya ingin ada tampil di panggung yang ditonton ribuan anak muda, supaya nama Tuhan dipermuliakan.” Sungguh butuh iman untuk mengatakan hal tersebut mengingat anak itu sama sekali belum bisa bermain gitar. Hati saya bergetar dan bersorak gembira mendengar rencana dan keinginannya. Saya mendukungnya.
Selang dua tahun saya bertanya lagi kepadanya, “Wah, sekarang sudah jago dong, nih, main gitarnya?” Dia menjawab, “Boro-boro koh, ini mau latihan gitar di rumah saja tidak sempat-sempat. Senar gitar putus dan sudah tiga bulan belum sempat menggantinya, karena teman-teman sekolah sering mengajak saya pergi belakangan ini. ” Saya hanya tertawa kecil di dalam hati.
(Baca juga: MENGASIHI ORANG LAIN TIDAK SELALU NYAMAN)
Bersamaan dengan itu, saya menanyakan hal serupa kepada anak muda lain. Anak muda kedua ini ingin menjadi pebisnis sukses. Selang dua tahun saya melihat dia sedang membangun bisnisnya melalui uang yang sedikit demi sedikit dia kumpulkan, dia juga menyisihkan uangnya untuk membeli buku-buku soal bisnis, men-follow sosial media para pebisnis besar, dan banyak bertanya hal-hal soal bisnis kepada teman-teman gereja yang berbisnis. Saya tersenyum bangga di dalam hati, karena dia mempercayai bahwa dirinya adalah seorang pebisnis yang sukses. (penulis:@mistermuryadi)
Percaya akan apa yang Tuhan rancangan atas hidup kita maka tindakan kita juga akan ikut berubah. Apa yang kita percayai adalah apa yang akan kita ucapkan dan lakukan. Terima kasih Koh Zal.