Terkadang saat kita mengalami kekecewaan, sakit hati, atau kepahitan, berdiam diri di dalam sepi dapat membuat kita semakin menderita karena kita terus menerus memikiran hal-hal yang menyakitkan itu. Itu sebabnya, banyak orang menyibukkan diri dengan kegiatan atau teman-teman. Saya dapat mengerti akan hal itu.
(Baca juga: KEBAIKAN YANG KITA LAKUKAN PASTI KEMBALI KEPADA KITA)
Namun, berdasarkan pengalaman pribadi, seringkali mengalihkan perhatian kepada aktivitas dan teman-teman pun tidak menyelesaikan masalah atau pergumulan kita. Hanya membuat kita merasa lebih baik sementara waktu, tetapi tidak benar-benar membuat rasa sakit itu hilang.
Jika Anda sedang mengalaminya hari ini, Anda bukanlah orang pertama. Ada banyak kisah di Alkitab yang menceritakan hal seperti itu. Ayub kehilangan semua anak-anaknya. Daud kehilangan anak pertamanya dan di lain waktu, dia dikejar-kejar hendak dibunuh oleh anaknya yang lain. Hagar yang diusir oleh sang majikan ketika sudah tidak diperlukan lagi. Elia yang lari bersembunyi ketakutan dari Izebel.
Namun, di tengah pergumulan, tokoh-tokoh di atas tidak mengalihkan diri ke hal-hal lain, melainkan berdiam diri dan berlari ke Tuhan. Mereka tahu bahwa Tuhan tidak berdiam diri. Tuhan berbicara kepada mereka di dalam kesunyian, kepedihan, dan kesakitan mereka.
(Baca juga: DI MANA ADA HARAPAN, DI SITU TIDAK ADA DEPRESI)
Pada saat kita bergumul, mungkin kita berpikir bahwa berdiam diri di dalam sepi adalah sebuah siksaan. Namun, jika kita berdiam diri di dalam Tuhan, memuji menyembah-Nya, merenungkan Firman-Nya, justru di dalam kesunyian kita akan menemukan kekuatan baru. Kekuatan untuk menghadapi pergumulan kita. Kekuatan untuk menang. (penulis: @mistermuryadi)
Ketika kita pusing dalam masalah, ingat untuk memuji dan menyembah Tuhan. Dengarkan suaraNYA dalam kesunyian. Tuhan selalu ada untuk kita. Terima kasih Koh Zal.