Yohanes 17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
Seorang hamba Tuhan menyimpulkan kehidupan Abraham seperti ini:
Tuhan: “Aku mengutus engkau untuk pergi dari tanah kelahiranmu”
Abraham: “Ke mana, Tuhan?”
Tuhan: “Aku akan memberitahukannya nanti.”
(Baca juga: JANGAN MENCARI KAMBING HITAM SAAT SESUATU YANG BURUK TERJADI)
Tuhan: “Aku akan berikan engkau sebuah tanah”
Abraham: “Di mana?”
Tuhan: “Aku akan memberitahukannya nanti”
Tuhan: “Aku akan memberikan engkau seorang anak”
Abraham: “Bagaimana mungkin?”
Tuhan: “Aku akan memberitahukannya nanti”
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Tuhan seperti itu? Mengapa Tuhan tidak memberitahukan secara detil segala sesuatunya kepada Abraham?
Mungkin sampai di Tanah Kanaan bukanlah fokus panggilan Tuhan atas Abraham. Mungkin memiliki Ishak bukanlah tujuan hidup Abraham. Mungkin perjalanan antara Ur-Kasdim (tempat kelahiran Abraham) ke Tanah Kanaanlah yang menjadi tujuan Tuhan atas hidup Abraham.
Apa maksudnya?
Di dalam perjalanan, kita berbincang-bincang, bersenda gurau, bercerita satu sama lain, mendengarkan satu sama lain, bergumul, dan akibatnya, kita semakin mengenal satu sama lain.
Tidak tahu dengan Anda, tetapi saat saya bepergian bersama istri saya, yang terpenting bagi saya bukanlah tempat baru yang akan saya kunjungi atau makanan-makanan enak yang dapat saya cicipi. Itu penting, tetapi bukan yang terpenting.
(Baca juga: MENCINTAI YANG TUHAN CINTAI DAN MEMBENCI YANG TUHAN BENCI)
Yang terpenting adalah saya dapat meluangkan waktu bersama istri saya, saya berkomunikasi dari hati ke hati tanpa gangguan, saya dapat menikmati perjalanan itu bersama orang yang paling saya kasihi, dan saya dapat mengenalnya lebih dalam lagi. (penulis: @mistermuryadi)
Apa yang Tuhan berikan adalah bonus, yang terpenting dan terutama adalah hidup dalam naungan kasihNYA. Berkomunikasi dan berharap penuh dalam Tuhan. Terima kasih Koh Zal.